Peran Museum Radya Pustaka dalam mendongkrak kekayaan intelektual masyarakat dirasa masih kurang. Pihak museum perlu menyia[kan strategi khusus untuk meningkatkan fungsi edukasi di dalamnya.
Keberadaan museum tertua di Indonesia tersebut hingga saat ini masih sebatas sebagai ajang rekreasi. Masyarakat yang datang ke museum cenderung hanya menikmati secara visual ratusan koleksi benda kuni di dalamnya tanpa menggali makna sejarah lebih dalam.
Sekretaris komite museum, ST Wiyono mengungkapkan jika dilihat dari jumlah kunjungannya, museum yang berdiri sejak tahun 1890 ini memenag tak pernah sepi. Setiap harinya ratusan pengunjung dari berbagai latar belakang menikmati koleksi - koleksi benda bersejarah.
"Kalau pengunjung selalu ada, setiap hari pasti ada rombongan satu bus, kadang juga dua bus. Banyak juga rombongan mahasiswa yang sedang penelitian untuk membuat tesis atau skripsi" papar wiyono sebagaimana dilansir Koran Radar Solo, Jum'at (2/10)/
Dia menyebutkan dalam situasi konflik, yang melanda kawasan Sriwedari saat ini, mestinya museum ini dapat meningkatkan kapasitasnya sebagai sarana pembelajaran budaya dan sejarah khususnya tanah Jawa. Pihak komite pun mengusahakan berbagai kegiatan yang mendorong menignkatnya kualitas pengetahuan masyarakat.
"Terkait konflik, kita tetap menjalankan Radya Pustaka apa adanya. Tetap jalan terus sampai habis. Masalah pengosongan, siapapun yang mengosongkan tetap salah, karena museum termasuk cagar budaya . Beberapa hari ke depan mulai kita adakan kegiatan di museum. Tentunya yang mengedukasi seperti bedah Serat Centhini dan rangkaian kegiatan yang mendukung," kata Wiyono.
Sementara itu calon walikota Solo Anung Indro Susanto sepednapat dengan apa yang disampaikan Wiyono. Dijumpai saat mengunjungi museum Radya Pustaka kemarin, Anung menaymapiakn uneg-unegnya. Calon walikota dari Koalisi Solo Bersama (KSB) itu memiliki gambaran konsep wisata edukasi yang terintegrasi dengan museum.
Konsep tersebut diyakini dapat menambah nilai jual museum dari segala sisi yaitu rekreasi, edukasi dan konservasi. Salah satu konsep yang ditawarkan yaitu menambah satu space sabegai laboratorium audio visual. Di dalamnya disuguhkan pengetahuan secara umum tentang museum hingga masuk ke sisi sejarah dan makna yang terkandung.
"Disini nanti ada satu ruangan yang di dalamnya ada seperangkat audio visual untuk mempelajari Radya Pustaka. Selain itu juga bisa disajikan sejarah lengkap koleksi-koleksi disini. Fungsi edukasinya harus ada," kata Anung.
Anung pun berharap seluruh masayarakat ikut menjaga dan mempertahankan apa yang ada di museum peninggalan pemerintahan Pakubuwono IX itu.
ilustrasi foto: surakarta.go.id
ConversionConversion EmoticonEmoticon